Sudah tiga hari ini badan pegel-pegel, kepala jadi ikut puyeng, lemees rasanya, ternyata capek itu sangat mempengaruhi aktifitas. Kalo sudah begini, mengajar juga ga ada gairah, ngerjain target kerjaan juga ga bisa agresif, maunya masuk kamar, tutup pintu, rebahan, tidur.
Ini karena aktifitas menguras kolam yang terlalu dipaksakan.
Sebenarnya rencana menguras kolam sudah dua minggu sebelumnya, tapi apalah daya, pompa air (dinamo) yang digunakan untuk menguras air kolam ternyata rusak, harus nunggu sampai selesai diperbaiki. Begitu selesai, dicoba lagi, ada kendala di pipa tempat pembuangan yang ternyata kurang kencang. Akibatnya pompa air pun tidak mampu mengangkat air. Saya coba putar-putar pipa tersebut, pipa malah pecah. Astajim..
Melihat kejadian itu, Abah (Ayah) mungkin iba, karena saya bisa mengerjakannya (menguras kolam) hanya hari-hari libur mengajar saja. Waktu libur ada, malah ada kendala seperti itu, hingga akhirnya abah membetulkannya tanpa sepengetahuanku, begitu saya pulang dari sekolah, abah memberi tahu kalau pipanya sudah diganti dan dikencangi. Begitu saya coba, ternyata air masih belum juga mampu disedot, dan tampaknya masih ada yang kurang kencang, Masyaallah..
Terus bagaimana lagi, satu-satunya cara ya air harus diangkut ke permukaan tanah dengan menggunakan timba karena bentuk kolamnya menjorok ke bawah dengan ukuran kolam + 8 x 5 m kedalaman 0.5 m, dan jarak kolam kurang lebih satu meter dibawah permukaan tanah.
Bagai mendapat dua tawaran yang menyakitkan, menguras kolam, atau ikan gagal dipanen? Mau tidak mau, pilihan pertama yang saya pilih, karena gagal panen akan lebih menyakitkan.
Dan hari sabtu-minggu kemarin lah yang saya paksakan, dengan harapan agar agenda menguras kolam cepat selesai dan hari libur beralih untuk aktifitas yang lain. Meski planning tersebut akhirnya dapat terselesaikan, namun dampaknya, capek-capek dan kurang semangat beraktifitas saya rasakan hingga saat ini.
Ini karena aktifitas menguras kolam yang terlalu dipaksakan.
Kondisi kolam yang tiga hari lalu selesai dikuras |
Sebenarnya rencana menguras kolam sudah dua minggu sebelumnya, tapi apalah daya, pompa air (dinamo) yang digunakan untuk menguras air kolam ternyata rusak, harus nunggu sampai selesai diperbaiki. Begitu selesai, dicoba lagi, ada kendala di pipa tempat pembuangan yang ternyata kurang kencang. Akibatnya pompa air pun tidak mampu mengangkat air. Saya coba putar-putar pipa tersebut, pipa malah pecah. Astajim..
Melihat kejadian itu, Abah (Ayah) mungkin iba, karena saya bisa mengerjakannya (menguras kolam) hanya hari-hari libur mengajar saja. Waktu libur ada, malah ada kendala seperti itu, hingga akhirnya abah membetulkannya tanpa sepengetahuanku, begitu saya pulang dari sekolah, abah memberi tahu kalau pipanya sudah diganti dan dikencangi. Begitu saya coba, ternyata air masih belum juga mampu disedot, dan tampaknya masih ada yang kurang kencang, Masyaallah..
Terus bagaimana lagi, satu-satunya cara ya air harus diangkut ke permukaan tanah dengan menggunakan timba karena bentuk kolamnya menjorok ke bawah dengan ukuran kolam + 8 x 5 m kedalaman 0.5 m, dan jarak kolam kurang lebih satu meter dibawah permukaan tanah.
Bagai mendapat dua tawaran yang menyakitkan, menguras kolam, atau ikan gagal dipanen? Mau tidak mau, pilihan pertama yang saya pilih, karena gagal panen akan lebih menyakitkan.
Dan hari sabtu-minggu kemarin lah yang saya paksakan, dengan harapan agar agenda menguras kolam cepat selesai dan hari libur beralih untuk aktifitas yang lain. Meski planning tersebut akhirnya dapat terselesaikan, namun dampaknya, capek-capek dan kurang semangat beraktifitas saya rasakan hingga saat ini.
:thumbup
BalasHapuskueren..
foto nandi kuwi...
manteb e..
saya belum istikomah kie ngurus blog
@SUbifoto mburi umah bi.. kebonan.. :cd
BalasHapus